Hari yang Tak Terlupakan

Suatu hari, saya dan dua rekan saya, Bayu dan Sutris, ditugaskan ke rumah pelanggan untuk menindaklanjuti komplain terkait pemakaian air yang melonjak.  

Setelah menerangkan maksud dan tujuan, kami dipersilakan masuk. Kami kemudian melakukan pengecekan awal. Saya bertugas mematikan semua keran dan Sutris melakukan pemantauan water meter. Ternyata, water meter tetap berputar padahal sudah tidak ada keran yang dinyalakan.

Kami kemudian melakukan sounding di seluruh jaringan di rumah tersebut. Satu per satu dicek jaringan yang ada di dalam rumah aman, tidak terdengar bunyi kebocoran. Bagian belakang dan samping rumah juga dilakukan sounding. Tak beberapa lama saya mendengar ada aliran di jaringan yang berada di selokan belakang rumah dekat kolam ikan.

Saya memanggil Sutris untuk bergegas ke belakang. Saya dan Sutris memastikan letak kebocoran dan benar 

bocorannya berada dalam selokan tersebut. Selokan tersebut cukup dalam, setinggi dengkul orang dewasa. Kemudian, saya dan Sutris saling berargumen siapa yang akan turun ke selokan dan mengecek kebocoran karena selokan tersebut terlihat kotor dan tepat di belakang toilet.

Perasaan saya sudah tidak enak pada lokasi tersebut. Lalu, kami melakukan suit dan saya kalah dari Sutris. Dengan berat hati, saya turun ke dalam selokan tersebut mencari titik pipa yang bocor.

Satu langkah, dua langkah, belum ketemu. Langkah ketiga saya mencoba meraih pipa yang terletak di dalam 

gorong-gorong. Pelanpelan tangan saya masuk dan merasakan sesuatu yang hangat dan lembek. Setelah saya angkat tangan saya, bukan pipa yang saya raih, ternyata  kotoran manusia!

Seketika saya naik dan segera membersihkan tangan saya. Saya pun berteriak, kemudian  pemilik rumah keluar  melihat situasi tersebut. Ia pun meminta maaf karena anaknya sedang buang air besar. Rumah  tersebut belum memiliki septic tank, jadi kotoran  akan disalurkan ke sungai melalui selokan tersebut. Duh, benar-benar hari yang tak terlupakan!

Ahmad Falah
Perumdam Tirta Aji
Kabupaten Wonosobo