Menggunakan Padanan Kata Asing

Di media sosial sedang cukup ramai video sejumlah pemuda bermain tebak kata. Uniknya, tebak kata ini soal padanan kata bahasa Indonesia untuk kata bahasa asing seperti online, offline, workshop, contact person, dan talkshow. Satu orang menyebutkan kata-kata asing tersebut, lalu sejumlah orang bergantian menerka kata padanannya dalam bahasa Indonesia. 

Kelucuan muncul karena beberapa peserta tidak mengetahui jawabannya,  seperti ketika disebut kata-kata brand, drive thru, gadget, error, scan, dan marketplace. Padahal, kata-kata tersebut sangat familiar karena sering muncul atau bahkan mereka gunakan sehari-hari. Mereka mungkin malah tidak tahu bahwa kata-kata tersebut sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Memang masih wajar jika para penerka tersebut tidak tahu bahwa padanannya secara berurut adalah jenama, lantatur (layanan tanpa turun), gawai, galat, pindai, dan lokapasar. Beberapa peserta tertawa begitu mengetahui padanannya.

Reaksi warganet pun beragam. Tentu ada yang mendukung adanya padanan kata dalam bahasa Indonesia. Sayangnya, ada juga yang mencibir atau skeptis pada padanan kata dalam bahasa Indonesia. Sikap skeptis ini bisa dibilang wajar karena 

mereka ragu lawan bicara paham maksud padanan kata tersebut. Mereka khawatir lawan bicara malah tidak paham maksud kalimat kita dan jadi mengganggu komunikasi.

Sebagai contoh, apakah orang bisa langsung paham jika kita menulis di WhatsApp, “Oya, jangan lupa dengarkan siniar saya soal strategi meminimalkan tingkat kehilangan air, ya”? Orang lebih paham kata asingnya, yaitu podcast.

Lalu, masalahnya, apakah keterasingan orang pada padanan kata dalam bahasa Indonesia membuat kita boleh menyerah untuk terus mencoba menggunakannya?

Sebagai seorang editor, upaya saya untuk membuat kata-kata padanan tersebut sedikit demi sedikit dikenal oleh publik atau pembaca adalah dengan menuliskan kata padanan tersebut dengan kata aslinya. Misalnya, ketika saya menggunakan kata padanan metamesta, saya juga menuliskan kata asingnya di dalam kurung, yaitu metaverse. Harapan saya, nantinya kata ini jadi familiar digunakan oleh masyarakat.

Apakah upaya menggunakan kata padanan dalam bahasa Indonesia ini semata urusan cinta bahasa Indonesia saja. Tentu tidak. Penggunaan kata dalam bahasa Indonesia juga mempunyai prinsip keadilan atau kesetaraan. Maksudnya, kata padanan yang mudah dilafalkan akan mudah pula digunakan terutama oleh masyarakat yang masih kesulitan mengucapkan atau menuliskan katakata bahasa asing.

Oleh: Anwari Natari Editor dan dosen bahasa Indonesia

Apakah kita mau membiarkan rakyat yang punya hak pilih pada pemilu, misalnya, tidak paham arti incumbent? Ketika paham pun, sebagian rakyat mungkin mengalami kesulitan mengucapkannya. Karena itu, kata padanan petahana diharapkan lebih mudah diucapkan. Dengan begitu, lebih mudah pula kata ini menjadi salah satu bahan diskusi antarwarga tentang kinerja seorang petahana di daerahnya jika misalnya ia mencalonkan diri lagi pada pemilu.

Kata-kata padanan dalam bahasa Indonesia menjadi sangat krusialnya, misalnya, ketika Indonesia dilanda awal gelombang pertama pandemi Covid-19. Istilah asing kesehatan dan penyakit dalam bahasa asing bermunculan dan banyak warga yang tidak paham maknanya. Lalu, dikeluarkan sejumlah padanan kata dalam bahasa Indonesia agar masyarakat lebih mudah memahaminya sehingga upaya penanganan pandemi Covid-19 lebih terbantu.

Jadi, sebaiknya kita tidak membayangkan bahwa konsep dengan kata-kata asing itu dibutuhkan hanya oleh orang perkotaan yang memang terbiasa dengan kata asing. Bagaimana dengan orang yang tidak terbiasa dengan kata dan pengucapan kata asing? Makin sulit mereka mengucapkannya, makin sulit mereka menggunakannya untuk keperluan percakapan sehari-hari, yang kadang adalah urusan krusial.